Sejarah Singkat Istana Bogor Sebagai Istana Kepresidenan Indonesia


Sebelum bangsa barat masuk, wilayah ini merupakan sebuah kekuasaan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang memindahkan pusat kekuasaannya di Batutulis dari Kawali daerah Ciamis (Raja Pakuan disebut Prabu Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi). 

Tetapi kejayaan raja ini tidak berlangsung lama, Karena masuk nya pengaruh islam serta diusul dengan berdirinya Kerajaan Banten yang terus ingin memperluas wilayah di daerah pedalaman - menimbulkan pertikaian dengan Kerajaan Pakuan, bahkan hingga mengalahkannya. Tahun 1522 Surawisesa, salah satu pengganti Pakuan bekerja sama dg Portugis mengembalikan kekuasaaan Pakuan. Tetapi upaya ini gagal ketika banten semakin berkuasa, Sehingga riwayat Kerajaan Pakuan tersebut berakhir.

Istana Bogor ini merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan fauna yang ada di sini yaitu Rusa dan dikelilingi flora bernilai ilmiah (Kebun Raya Bogor).

Sejarah dan Perkembangan Istana Bogor :


Tahun 1702 mengungkapkan, bahwa letusan Gunung Salak yang terjadi pada tahun 1699, mengakibatkan hutan lebat lokasi Pakuan Pajajaran berubah menjadi lapangan luas tanpa pepohonan sama sekali
Pada tahun 1703 ekspedisi Belanda yang dipimpin Abraham Van Riebeck menemukan ladang di lereng sungai Cipakancilan yang menandai adanya kehidupan baru di lahan bekas Pakuan Pajajaran. Ini merupakan tahapan sejarah berdirinya Kota Bogor dimana Istana Bogor berada.

Tahun 1744, wilayah ini menjadi semakin penting setelah Gubernur Jenderal Baron von Imhoff mengambil alih menjadi hak milik pribadi karena terkesan oleh keindahannya. Wilayah itu beli seharga 33.500 ringgit dan dinamakan Particuliere Landrijn Nangeueer en Campoeng Baroe.


Munculnya Istana Bogor diawali dengan keinginan pasukan VOC membuka wilayah pedalaman tahun 1687 di bawah kepemimpinan Letnan Tanuwijaya, Hal ini dilakukan setelah mendapat persetujan dari Cirebon (1681) dan Banten (1684), Bahkan Sersan Wisnala salah satu pasukan VOC. Makin gencar dan berhasil mendirikan kampung Parung Angsana yang sekarang disebut Kampung Tanah Baru. Sepak terjang pasukan VOC makin gencar hingga berhasil mendirikan berbagai kampung seperti Bantar Jati, Babakan, Sempur, Bantar Kemang, dan Panaragan. Mereka kemudian menyebar ke arah hulu, sehingga muncul Kampung Babakan Peundeuy dan Lebak Pasar diseberang Kali Ciliwung. 

Baron menyebut tempat peristirahatan itu Buitenzorg atau ‘Terlepas dari kesulitan’. Selepas Imhoff kepemilikan bangunan ini diteruskan Gubernur Jacob Mossad dengan surat keputusan Juni 1751. 
Di masa pemerintahan Mossel (1750-1761), Buitenzorg dibakar habis oleh Kerajaan Banten yang melancarkan serangan sekitar tahun 1750-1752 di bawah pimpinan Ratu Bagus dan Kyai Tapa.

Tanggal 6 Juli 1776, wilayah itu diserahkan kepada pemerintah Belanda. Jual beli terus berlanjut. Dari tangan Gubernur Jenderal van Overstiaten (1796-1801) berpindah ke Siberg (1801-1804). Sebelum VOC dibubarkan tahun 1879, wilayah ini diserah¬kan kepada Wiese (1804-1808), yang lalu menjual kepada Gubernur Jen¬deral Wellem Daendels, mewakili pemerintah Belanda yang menggantikan VOC, seharga 39.000 ringgit.
Di masa pemerintahan Daendels (1808-1811), bangunan Buitenzorg disempurnakan.la menambah bangunan samping kiri dan kanan Gedung Utama dengan bangunan bertingkat, masa ini tidak lama. Pemerintah Belanda jatuh ke tangan Inggris. Daendels pun digantikan Letjen Thomas Stamford Raffles dari Inggris yang berkuasa tahun 1811-1816. 

Di tangan Raffleslah, Buitenzorg mengalami perombakan total. Raffles memperbaiki gedung induk yang semula gudang penyimpanan bahan bangunan. la juga memperindah taman dengan mengambil pola taman Inggris. Untuk melengkapinya, di halaman dilepas 3 kawanan rusa bertanduk panjang dan bebercak putih yang didatangkan dari daratan Asia. Raffles pun memperindah Istana Bogor dengan membangun Kebun Raya Bogor tahun 1817. Kebun ini seluas 85 hektar dan memiliki 16.000 spesies tumbuh-tumbuhan. Salah satu yang kini terkenal adalah bunga Rafiesia yang langsung mekar dari tanah. Hanya, tak lama kemudian, situasi berubah. 

Kekuasaan dikembalikan lagi kepada pemerintah Belanda yang lalu mengangkat Gubernur Jenderal van der Capellen. Capellen memperindah gedung induk dengan sebuah menara, lengkap dengan kubah. Sayang. keindahan ini runtuh, karena gempa dahsyat akibat letusan Gunung Krakatau tahun 1834. Untuk itu, selu-ruh bangunan yang tersisa diratakan.

Penerus Capellen. Gubernur Jenderal Twist, menaruh perhatian khusus pada pembangunan kembali peristirahatan Bogor. Namun rencana itu baru terlaksana dan terselesaiakan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Pahud de Montanger tahun 1850, dengan gaya dan corak abad ke-19 di Eropa. Waktu terus bergulir. Situasi pemerintahan pun berubah, khususnya di Hindia Belanda. Tahun 1941, negeri itu jatuh ke tangan Jepang akibat serangan kilat. 

Gubernur Tjarda Starkemborgh Stachouwer menyerah tanpa syarat dan meninggalkan Buitenzorg. Sayang seribu sayang, pemerintah Jepang sama sekali tidak peduli pada keindahan Buitenzorg. Yang mereka cari hanyalah kekayaan. Karena itu di era pemerintahan Jepang hingga sekitar tahun 1945, Buitenzorg dibiarkan terbengkalai, entah itu dari emas, permata, hingga tirai penutup jendela menjadi rampasan balatentara Dai Nippon. Yang tertinggal hanyalah "kaca seribu" yang berumur sekitar 130 tahun dan kaca besar lain, serta dua patung dada dari marmer. Dalam keadaan porak-poranda itulah akhirnya pemerintah Belanda menyerahkan Buitenzorg kepada pemerintah RI tahun 1949, setelah berhasil merebut kembali Hindia Belanda dari tangan Jepang. 

Istana Bogor Sebagai Istana Kepresidenan Indonesia 


Secara resmi Buitenzorg disebut Istana Bogor, namun baru resmi digunakan sebagai Istana Kepresidenan tahun 1950, setelah Belanda mengakui kedaulatan RI. Presiden Soekarno yang akan menempati istana itu harus membawa sendiri tempat tidur besi model kuno dari Jakarta. Juga, melengkapi peralatan istana dengan membeli meubel dari Javahout dan tirai penutup pintu dari van der Pal. 

http://www.tekno-pedia.net/2016/02/sejarah-singkat-istana-bogor-sebagai.html

Artikel Terkait


EmoticonEmoticon